Selasa, 16 Oktober 2012

Pahala bagi Pembaca dan Pendengar Al Quran

Allah SWT berfirman:
"Apabila Al Quran dibaca, maka dengarkanlah ia dan diamlah mudah-mudahan kamu mendapat rahmat." [QS 7:204]
Dalam bahasa Arab, Al Inshat berarti diam dengan menyimak sebaik-baiknya. Karena diam saja tidak cukup dan tiada manfaatnya, sementara akal dan hati sibuk memikirkan persoalan lainnya. 

Para ulama berbeda pendapat dalam menentukan waktu diperintahkannya menyimak ayat-ayat Al Quran. Perselisihan ini muncul jauh sebelum bacaan Al Quran diperdengarkan melalui layar kaca dan media audio visual lainnya. Sebab, adakalanya seorang muslim mendengarkan suara salah seorang qari (pembaca) Al Quran di sebuah radio, sementara dirinya sendiri sibuk bekerja dengan urusan lain. Apakah dengan demikian ia melanggar perintah Allah SWT?

Ibnu Abbas, Ibnu Mas'ud, Sa'id bin Jubair, Mujahid, Zuhri, serta segolongan ulama dan mufasir berpendapat bahwa perintah menyimak Al Quran dengan baik adalah ketika shalat berjamaah. Pada saat itu, makmun wajib menyimak ayat-ayat Al Quran yang dibaca iman. Adapun menyimak Al Quran di luar shalat hukumnya sunnah dan sudah pasti orang yang menyimaknya akan mendapat pahala.

Anas bin Malik RA menuturkan bahwa Rasulullah bersabda:
"Allah SWT akan menghindarkan bencana dunia dari orang yang mendengarkan bacaan Al Quran, dan menghindarkan bencana akhirat dari orang yang membaca Al Quran."
Rasulullah SAW pernah berkhotbah pada segolongan umat Islam. Dalam khotbahnya, beliau memerintahkan mereka untuk memperbanyak membaca Al Quran. Nabi SAW bersabda:
"Bacalah Al Quran. Karena Allah SWT akan memberikan pahala kepadamu karena membacanya; setiap huruf mendapat 10 kebajikan."
Setiap umat Islam berkesempatan menambah amal kebajikan dengan cara membaca ayat-ayat Al Quran, merenungi maknanya, dan mengambil hikmahnya. Saat ini mendengarkan Al Quran begitu mudah. Setiap orang memiliki banyak kesempatan menyimak Al Quran sesuai jadwal siaran televisi atau melalui CD. Caranya, seorang muslim mengatur jadwal kerjanya sehingga mempunyai waktu luang untuk membaca Al Quran dan akhirnya mendapatkan pahala darinya. Rasulullah SAW bersabda:
"Ibadah paling utama adalah membaca Al Quran."

Di sisi lain, mendengarkan Al Quran melalui media elektronik dapat membantu seorang muslim memantapkan ayat-ayat Al Quran yang telah dihapalkan. Meskipun Al Quran diturunkan kepada Rasulullah SAW dan yang kemudian menghafalnya, namun beliau tetao senang mendengarkan ayat-ayat Al Quran yang dibacakan sahabatnya.

Suatu hari, Rasulullah SAW meminta Abdullah bin Mas'ud RA untuk membacakan ayat-ayat Al Quran kepadanya. Ibnu Mas'ud heran dengan permintaan tersebut dan bertanya kepada Rasulullah SAW, "Apakah aku membacakan di hadapanmu padahal Al Quran diturunkan kepadamu?" "Aku senang mendengarkan dari selainku," jawab Nabi SAW. Ibnu Mas'ud pun membacakan Al Quran dihadapan Rasulullah SAW dari permulaan surah An Nisa, sementara beliau menyimak dan meresapi bacaan itu dengan sebaik-baiknya hingga 2 ayat berikut:
"Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar zarrah, niscaya Allah akan melipatgandakan dan memberikan dari sisiNya pahala yang besar. Maka, bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), apabila Kami mendatangkan seorang saksi (rasul) dari tiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu)." [QS 4:40-41]

Rasulullah SAW nyaris tak mampu mendengar kedua ayat ini dan menangis tersedu-sedu. Betapa mendalamnya keimananmu kepada Allah SWT dan hari akhir, wahai penutup Rasul. Betapa agungnya kemanusiaanmu, kelembutanmu, ketinggian akhlakmu, dan kasih sayangmu kepada seluruh ciptaan Allah SWT
 
 
 

Logika Jitu dari Surah Ali Imran

80 ayat dalam Surah Ali Imran turun di tengah situasi yang boleh dibilang paling penting dalam sejarah dakwah Islam; yaitu perdebatan yang berlangsung antara Rasulullah SAW dengan delegasi pendeta Nasrani yang terpandang. Perdebatan ini diriwayatkan Ibnu Ishaq dan Ibnu Jarir Ath Thabari.

Delegasi ini terdiri dari 60 pendeta Najram. Mereka sengaja datang ke Madinah menemui Rasulullah SAW setelah mendengar kerasulannya dan kemenangan kaum muslim atas kaum musyrik Mekkah. Tujuan mereka ialah berdebat dengan Rasulullah SAW di depan khalayak dengan tujuan, agar Rasulullah SAW menerima keyakinan mereka bahwa Isa AS adalah anak Allah benar adanya. Tentunya mereka percaya diri bisa membungkan mulut Rasulullah SAW karena beliau tidak bisa membaca/menulis selama hidupnya.

Delegasi tersebut dipimpin sesepuh yang mereka hormati, Abdul Masih. Ikut pula Abu Haristah bin Alqamah, ketua keuskupan mereka. Mereka memiliki hubungan erat dengan kekaisaran Romawi. Karena raja-raja Romawi mengeluarkan dana kepada mereka untuk menyebarkan ajaran Nasrani di negeri itu. Semuanya terjadi sebelum munculnya dakwah Islam oleh Rasulullah SAW.

Sampailah delegasi itu di Masjid Rasulullah SAW di Madinah. Ketika mereka tiba, beliau tengah mengerjakan shalat Ashar bersama sejumlah sahabatnya. Seorang delegasi bertubuh kekar menabuh lonceng yang nyaris membuat Rasulullah SAW dan para sahabatnya gagal melaksanakan shalat Ashar. 

Lantas orang-orang berkumpul di sekitar delegasi Nasrani tersebut. Mata mereka tertuju pada pakaian kebesaran yang mereka kenakan dan lonceng besar yang membuat pening kepala. Missionaris tersebut pun hendak melangkah ke Masjid. Tatkala para sahabat mengalangi jalan mereka, Rasulullah SAW berkata, "Biarkan!" Rombongan Nasrani tersebut pun melakukan sembahyang menghadap ke timur. 

Seusai sembahyang, ketua uskup dan pemimpinnya menghampiri Rasulullah SAW dan berkata, "Kami mendengar yang kau dakwahkan, namun kami telah berserah diri (Islam) kepada Allah sebelummu.

"Kalian berdusta," Kata Nabi SAW, "tentang dakwaan kalian bahwa Allah SWT memiliki anak. Menyembah salib dan memakan babi telah menghalangi keislaman kalian."

"Jika Isa bukan anak Tuhan, lantas siapa bapaknya?" tanya Abu Haritsah. Saat itu turunlah wahyu yang membantu Rasulullah SAW. Allah SWT menurunkan surah Ali Imran perilah mereka sekaligus membantah kekafiran yang mereka ada-adakan dan sesembahan lain yang mereka ciptakan.

Nabi SAW bertanya, "Bukankah kalian mengetahui bahwa anak itu serupa dengan ayahnya?" 'Benar," jawab Abu Haritsah dan para pengikutnya.

"Bukankah kalian mengetahui bahwa Allah SWT Mahahidup dan tidak akan mati, dan bahwa Isa itu fana (mati)?" tanya Nabi SAW lagi. "Benar", jawab mereka.

Orang-orang memerhatikan dengan seksama perdebatan tersebut. Lalu Nabi SAW bertanya, "Apakah Isa memiliki sifat-sifat itu?" "Tidak. Isa tidak memberikan rezeki kepada siapapun," jawab mereka.

Nabi SAW lagi-lagi bertanya, "Bukankah kalian mengetahui bahwa segala sesuatu di muka bumi dan di langit tidak luput dari pengawasan Allah?" ''Benar", jawab mereka serempak. "Apakah Isa mengetahui semua itu, selain yang diajarkan (Allah SWT) kepadanya?" tanya Nabi SAW.

Ketika mereka menyutujui ucapannya, Rasulullah SAW kembali bertanya, "Bukankah kalian mengetahui bahwa Tuhan kita menciptakan Isa dalam lahir?" "Benar," jawab mereka. "Bukankah kalian mengetahui bahwa Isa dikandung ibunya sebagaimana wanita lainnya, kemudian melahirkan bayinya sebagaimana wanita lainnya, kemudian bayi itu diberi makan sebagaimana bayi lainnya, juga makan, minum, dan berhadas?" tanya Nabi SAW. "Benar," jawab mereka.

"Bukankah kalian mengetahi bahwa Tuhan tidak makan, tidak minum, dan tidak berhadas?" "Benar." "Lalu, bagaimana mungkin kalian menganggap Isa sebagai anak Tuhan?" tanya Nabi SAW sekali lagi.

Ternyata, logika Rasulullah SAW membungkam mulut mereka. Lalu mereka saling berpandangan dan diam 1000 bahasa. Kemuidan, mereka melangkah lunglai menuju pintu masjid dan keluar dalam keadaan diam dengan kepala tertunduk.

Minggu, 14 Oktober 2012

Kebahagiaan Hakiki

Kebahagiaan adalah tujuan setiap manusia di dunia ini. Tetapi, apakah arti kebahagiaan itu? Para filsuf dan penulis banyak membicarakan definisi kebahagiaan. Mereka memiliki pandangan berbeda-beda dalam faktor yang memungkinkan terwujudnya kebahagiaan hakiki. 

Meskipun terdapat perbedaan mengenai definisi kebahagiaan serta faktor penyebabnya, namun terdapat sejumlah prinsip yang tak dapat diperdebatkan:
  1. Kebahagiaan bersifat relatif.  Apa yang dapat membahagiakan seseorang, boleh jadi tidak dapat membahagiakan orang lain, bahkan mungkin menyebabkannya menderita.
  2. Secara umum manusia meyakini bahwa kehidupan dunia ini terbatas, dan manusia, betapapun nikmat kehidupannya, pasti akan menemui ajal.
Menyikapi prinsip pertama, soal relativitas kebahagiaan, setidaknya dapat dilihat 2 kelompok manusia: 
  1. Kelompok yang meyakini paham materialisme, yang menganggap bahwa harta duniawilah yang dapat mewujudkan kebahagiaan hidup. Bagi mereka, harta dapat mengenyam segala kenikmatan duniawi seperti makanan, tempat tingga, pakaian, dan berbagai perhiasan duniawi lainnya.
  2. Kelompok yang memercayai makna spiritual dari kehidupan dunia itu sendiri. Mereka adalah orang yang mencibir kemewahan duniawi sebagaimana diburu para pengikut materialisme. Kelompok ini menyadari bahwa kehidupan dunia adalah ladang akhirat.
Kelompok pertama menduga harta duniawi dapat memberikan kebahagiaan abadil. Ini terjadi lantaran budak harta tak pernah mengenal rasa puas. Semakin bertambah kekayaannya, maka semakin bertambalah pula kerakusannya dan semakin berambisi menumpuk pundi-pundi harta. Hal ini persis seperti yang dikatakan Rasulullah SAW:
"Seandainya manusia memiliki 2 lembah terbuat dari emas, niscaya ia berharap memiliki yang ketiga. Tiada yang bisa memenuhi perut manusia, kecuali tanah. Allah SWT menerima orang-orang yang bertobat. (HR Bukhari Muslim Tirmidzi Ibnu Majah Darimi Ahmad)"
Seyogianya manusia menghiasi dirinya dengan rasa cukup (qana'ah). Sebab, perasaan tersebut sebagaimana kata orang bijak, adalah "harta yang takkan pernah habis." Karena itu, orang kaya akan selalu hidup dalam kegelisahan, karena khawatir suatu hari kekayaannya akan lenyap. Mereka tak memiliki kepekaan dan cinta sejati terhadap orang-orang sekitarnya. Karena, mereka yakin bahwa orang yang berada di sekitarnnya hanya mengincar hartanya. Su'udzon ini juga mengarah kepada putra-putrinya. Mereka menduga bahwa anaknya mengharap kematiannya, agar bisa mewarisi kekayaan orangtuanya. Karena itu, Rasulullah SAW bersabda:
"Zuhud terhadap kehidupan dunia dapat menentramkan hati dan jasad."

Kelembutan Rasulullah SAW

Para periwayat Nabi Muhammad SAW menyebutkan berbagai fakta yang menunjukkan kelembutan watak Rasulullah SAW. Beliau tak pernah marah kecuali terhadap orang yang melanggar ketentuan Allah SWT. Sebagai contoh: 
Suatu hari rombongan Yahudi mendatangi Rasulullah SAW yang saat itu asyik bercakap-cakap dengan istrinya, Aisyah. Ketika menghadap Nabi SAW, mereka mengucap "Assamu'alaikum." Mereka mengucapkan assam yang artinya kematian/kehancuran, sebagai ganti assalam yang artinya keselamatan/kesejahteraan.
Nabi pun menjawab, "Wa'alaikum (semoga kembali padamu)." Memahami maksud busuk mereka, Aisyah tak mampu menahan emosinya. "Bahkan kalian sendiri akan binasa. Allah SWT melaknat dan memurkai kalian!" Sergah Aisyah. Melihat Aisyah sangat marah, mereka pun pergi sambil menggeleng-gelengkan kepala
Melihat kejadian tersebut, Rasulullah SAW tersenyum lembut dan berkata, "Tahan, wahai Aisyah. Berkatalah yang lembut, jangan kasar." Masih dalam keadaan jengkel, Aisyah berkata, "Apakah Anda tak mendengar apa yang mereka ucapkan?" Sambil tersenyum, Nabi SAW balik bertanya, "Tidakkah engkau dengar apa yang kukatakan? Aku membalas ucapan mereka, dan balasan ku dikabulkan (Allah), sedangkan ucapan mereka tidak dikabulkan." (HR Muslim Tirmidzi)
 Allah SWT benar-benar mengabulkan ucapan Rasulullah SAW. Rombongan kaum Yahudi tersebut mati kehausan setelah tersesat di tengah Gurun Sahara.

Senin, 08 Oktober 2012

Manusia Berkepala Keledai

Sepertinya kisah ini tak masuk akal/fiktif, namun anehnya kisah ini diriwayatkan para perawi hadis terpecaya. Kisah ini juga diriwayatkan Ashbahani dan Abu Al Abbas Asham.

Karena keunikannya kisah ini perlu disampaikan, di samping karena pesannya menyentuh jiwa. Awam bin Hausyab RA, seorang sahabat, bercerita:

"Suatu ketika, aku singgah di sebuah pemukiman. Tak jauh dari pemukiman itu, terdapat kuburan. Setiap habis waktu 'Ashar, kuburan itu terbelah dan dari dalamnya keluar seorang lelaku berkepala keledai. Ia berteriak nyaring 3 kali, lalu ia kembali ke dalam liang lahat seperti sediakala. Sambil terheran-heran, aku melihatnya dengan mata kepalaku dan mendengarnya teriakannya dengan telingaku. Aku sedang tak berkhayal dan bermimpi. Aku juga tak akrab dengan khamar. Lagipula, aku tak dalam keadaan mabuk sehingga dapat mengatakan setan araklah yang membayang-bayangiku.
Saat berdiri terpaku layaknya orang kebingungan, aku melihat seorang wanita tak jauh dariku. Kedua matanya terpaut pada kubur itu. Wanita itu menatap dan mendekatiku. 'Kasihan! seandainya mengetahui akibatnya seperti ini, tentu ia takkan melakukan apa yang telah ia perbuat.'
'Siapa yang kau maksud?' tanyaku. 'Tidakkah engkau melihat saat ia keluar dari kuburnya kemudian berteriak sebanyak 3 kali, lalu masuk kembali dalam kuburnya?' tanya si wanita. Setelah mendengar itu, aku yakin bahwa aku tak sedang mengkhayal. Lalu aku bertanya kepadanya, 'Bagaimana kisah makhluk aneh ini?' 'Apakah engkau melihat wanita tua tanpa busana yang sedang duduk di tangga pintu?' tanya wanita itu sambil menunjuk ke arah rumah yang tak jauh dari kami.  Aku menoleh ke tempat yang ia tunjuk. Benar, aku melihat seorang wanita tua renta beruban. Ia mengamati sekitarnya dengan mata menerawang, sementara jemari kedua tangannya gemetar. Ia memang tak berbusana. 'Wanita renta ini sepertinya hilang ingatan,'  kataku padanya. 'Benar. Ia gila setelah kematian lelaki itu. Setiap waktu 'Ashar, ia duduk di atas tangga pintu untuk mendengar suara teriakan,' jelas wanita itu. 'Memang siapa yang meninggal dunia?' tanyaku keheranan. 'Putranya, putra satu-satunya. Ia perjaka, Yang terbelah itulah kuburannya. Ia berteriak 3 kali setelah itu kembali ke kuburnya seperti semula,' jawabnya. 
Ia melanjutkan ceritanya, 'Ia putra satu-satunya dan ayahnya telah meninggal dunia. Ayahnya meninggalkan sejumlah harta untuk dirinya dan ibunya. Mula-mula, sang ibu salah mendidik putranya, apalagi teman-teman sepergaulannya berperilaku sangat buruk. Mereka mengajarkan meminum minuman keras sehingga ia menjadi pemabuk berat. Sang ibu selalu menasehatinya, 'Wahai anakku, takutlah kepada Allah SWT dan tinggalkan minuman keras itu. Minuman keras dapat merusak kesehatanmu, juga kedudukanmu di antara manusia, sebagaimana pada hari Kiamat nanti kamu akan menjadi penghuni neraka.' Anak itu malah menetarwakan nasehat ibunya dan menentangnya. Menjelang kematiannya, ia meneguk minuman begitu banyak dan pulang ke rumah dalam keadaan mabuk, sementara di belakangnya anak-anak kecil menyorakinya. Ia menoleh ke arah anak-anak dan bermaksud mengusirnya, tapi malah jatuh tersungkur dan tak dapat bangun kembali. Mengetahui hal itu, ibunya segera menyiramkan air dingin ke kepalanya hingga siuman dan dapat bangun kembali. Ibunya kembali menasehatinya agar tak lagi meminum minuman keras. Bukannya mendengar nasehat ibunya, ia malah berkata, 'Omonganmu tak ubahnya suara keledai.' Sang anak pun menghembuskan nafas terakhirnya hari itu, sementara ibunya menjadi gila karena kematiannya. Maka, jadilah ia keluar dari kuburnya setelah Ashar dan berteriak seperti keledai 3 kali, kemudian kembali masuk ke dalamnya. Demikianlah kisahnya."

Memang, kisah ini terlalu berbau fiktif, namun, di dalamnya banyak terkandung segudang pesan berharga yang harus kita perbuat di zaman globalisasi ini.

Wallahu alam bish-shawab

Minggu, 07 Oktober 2012

Revolusi Terpenting Sepanjang Sejarah

Istilah revolusi digunakan untuk menyebut segala perubahan mendasar yang terjadi pada suatu masyarakat/bangsa. Revolusi mengubah seluruh sistem atau sendri yang melandasi perjalanan suatu bangsa/masyarakat secara drastis.

Pada dasarnya, watak manusia cenderung pada sistem/tradisi yang menjadi kebiasaan. Meskipun tak dapat dipungkiri bahwa masing-masing bangsa berbeda sikap dalam setiap perubahan.

Umumnya, revolusi bertujuan untuk mewujudkan ambisi dan cita-cita penggagasnya, yang berujung pada pengambilalihan kekuasaan. Guna menggapai cita-citanya, penggagas revolusi berupaya membungkus gerakannya dengan berbagai slogan agar masyarakat yakin bahwa apa yang dilakukannya ini demi mewujudkan kebebasan, kemakmuran, keadilan, persamaan hak, dan berbagai janji manis lainnya.

Revolusi Perancis misalnya, yang dianggap sebagai revolusi utama demi menuntut hak-hak kaum yang tertindas, berubah menjadi pertempuran berdarah yang merenggut banyak nyawa yang dianggap pahlawan. Dan orang-orang yang dulunya mendengungkan kebebasan, persaudaraan, dan persamaan, malah memerintah secara tangan besi. Selain itu, diberlakukan pula aturan yang berisi perintah untuk melenyapkan mereka, karena dianggap sebagai musuh bangsa. Bahkan, dianggap sebagai musuh kebebasan yang dulu mereka gemborkan. Karena itu, para pemikir Perancis banyak meneriakkan yel-yel yang terus berdengung hingga masa-masa berikutnya, "Wahai kebebasan yang malang, sungguh banyak darah mengalir karena namamu."

Napoleon Bonaparte yang selalu memuji-muji prinsip Revolusi Perancis, berubah menjadi seorang diktator. Ia bahkan berambisi menghancurkan kebebasan bangsa Eropa hanya karena ingin menundukkannya dalam pangkuan imperium Perancis.

Revolusi Perancis dianggap sebagai revolusi terpentung di abad modern. Setelah terjadi di Perancis, di belahan dunia lain pun bergejolak revolusi yang mengatasnamakan slogan-slogan karangan mereka. Slogan-slogan atau lebih tepatnya ideologi yang diusung itu memiliki perbedaan. Namun kerap digunakan dalam tujuan yang sama, yakni untuk mengambil hati dan menjanjikan harapan-harapan masyarakat. Betapapun revolusi itu berhasil, namun cakupan keberhasilannya hanya bersifat lokal. Artinya, revolusi tak melampaui batas-batas umat atau negara di tempat revolusi itu berkobar.

Ironisnya, semua revolusi tersebut cenderung mengabaikan persoalan penting yang mesti dipenuhi demi kebangkitan masyarakat atau bangsa. Persoalan penting tersebut ialah akhlak. Akhlak yang dimaksud adalah akhlak individu. Karena, masyarakat atau bangsa terbentuk dari kumpulan individu. Kata akhlak memiliki cakupan yang meluas dan mendalam. Para filsuf menggunakan istilah etika sebagai terjemahan dari penyebutan ilmu akhlak.

Para filsuf Yunani Kuno berambisi mendedah masalah akhlak, sejak Socrates - Aristoteles. Bahkan Plato banyak menekuni bidang ini dan menghasilkan karya khususnya yang terkenal seputar masalah etika yang berjudul Republika. Hanya saja, pengaruh filsafat terhadap masyarakat barat sangat terbatas dan bersifat sesaat. Demikian pula terhadap generasi-generasi berikutnya. Seandainya tak disebutkan dalam buku pelajaraan, Niscaya filsafat tak lama lagi akan menjadi tumpukan sejarah belaka dan dilupakan bangsa.

Allah SWT memilih Nabi Muhammad SAW untuk mengemban risalah Islam. Dia Yang Mahabijak dan Mahatahu memelihara Rasulullah SAW yang yatim piatu sejak umur 6 tahun dan memercayakannya untuk mengemban risalah Islam. Akhlak dan watak Nabi Muhammad SAW yang mulia serta kemanusiannya yang luhur sangat berpengaruh dalam mengobarkan revolusi terbesar dan termulia yang pernah dikenal manusia sejak Allah SWT memerintahkan Adam dan Hawa turun dari surga hingga detik ini. Dakwah Islam yang diusung Nabi Muhammad SAW adalah revolusi moral.

Nabi Muhammad SAW diutus pada masyarakat pagan (penyembah berhala) Arab yang sarat dengan cacat dan kekurangan yang sewaktu-waktu dapat menggiring manusia ke jurang kehinaan abadi. Mereka yang kaya tidak menghargai yang miskin, mereka malah mencibirnya. Ini selaras dalam pepatah yang mengatakan, "Laparkanlah anjingmu, pasti ia akan mengikutimu." Mereka yang kuat memperlakukan yang lemah layaknya keledai miliknya. Bahkan, keledai mungkin lebih berharga daripada kaum pagan di muka bumi ini.

Raibnya keimanan dalam hati kaum musyrik dan kafir kepada keesaan Allah SWT dan kemahakuasaanNya mendorong mereka terus menerus berbuat maksiat. Mereka tak percaya kepada hati kebangkitan dan perhitungan amal manusia.

Prinsip-prinsip Islam yang angung dan hukum-hukumnya yang adil mustahil diyakini suatu umat selama individu-individu di dalamnya belum menggapi puncak moralitas kemanusiaan tertinggi. Mereka tak mungkin rela mengorbankan nyawanya demi membela dan menyebarkan Islam kepada umat lainnya sebagai rahmat bagi semesta alam.

Moralitas kemanusiaan tertinggi itu berwujud nilai-nilai moral yang hanya bisa diketahui dan dipahami seseorang melalui membaca Al Quran atau memerhatikan hadis-hadis shahih Nabi SAW. Karena itu tujuan utama diutusnya Muhammad SAW adalah revolusi moral. Tujuan agung dan gamblang ini dapat disimak dalam hadis shahih berikut:
"Aku diutus hanya untuk menyempurnakan akhlak yang luhur." (HR Bukhari Muslim)
 
Artinya, Rasulullah SAW menganggap akhlak yang luhur sebagai faktor utama diangkatnya beliau sebagai nabi dan rasul.

Wallahu 'a'lam bish-shawab.


Sabtu, 06 Oktober 2012

Lapang Dada



Saat bersama Rasulullah SAW, Jabir bin Abdullah RA mendengar seseorang bertanya tentang sifat-sifat orang beriman., Lalu berliau menjawab, "Lapang dada (samahah) dan sabar." (HR Ahmad)
 
Samahah mengandung makna yang luas dan beragam. Namun, makna yang terpenntung adalah pergaulan baik dengan sesama dan memaafkan kesalahan orang lain, baik lewat perkataan maupun tindakan.

Rasulullah SAW adalah sosok yang santun dan selalu berlapang dada. Para penulis riwayat hidup Rasulullah SAW banyak meriwayatkan hadis yang berkaitan dengan sifat-sifat Rasulullah SAW. Misalnya:
Rasulullah pernah membagi-bagikan harta rampasan perang kepada kaum muslimin. Dalam pembagian itu, Rasulullah SAW berlaku sangat adil. Namun rupanya seorang muslim anshar kurang berkenan dengan cara Rasul. Maka ia berbisik, "Demi Allah. Ini adalah pembagian yang tidak dikehendaki Allah." Seorang muslim lainnya mendengar bisikan tersebut dan lantas ia marah. Ia mengadukan hal itu kepada Rasulullah SAW. Mendengar itu, Nabi SAW pun sempat marah. Namun berliau mampu memadamkan amarahnya sembari berkata, "Musa AS pernah dicela lebih dari ini dan dia tetap bersabar. (HR Bukhari)
 
Selain kasus di atas, dalam Shahihayn dijelaskan bahwa:
Pada suatu hari Rasulullah SAW melakukan perjalanan bersama Umar bin Khattab RA. Tiba-tiba seorang Arab Badui mencegatnya dan meminta harta dengan cara yang tak sopan. Ketika Rasulullah SAW memberitahukan bahwa dirinya tak punya harta, lelaki Badu itu pun marah sejadi-jadinya dan memaki Rasul. Lantas Umar pun naik pitam dan mencabut pedang. Ia bermaksud membunuh lelaki tak beradab itu. Namun, Rasulullah SAW mencegahnya seraya berkata, "Wahai Umar! Bukanlah orang terkuat itu bukan orang yang bisa mengalahkan orang lain, Tetapi orang terkuat adalah orang yang mampu mengendalikan diri ketika marah." (HR Bukhari Muslim Malik Ahmad)
 
Hadis tersebut bermakna bahwa orang yang disegani, dihormati, dan kekuatannya orang lain bukanlah yang mudah menyerah kepada setan amarah dan tidak berbenteng kesabaran. Orang yang disegani adalah orang yang dapat mengendalikan diri ketika digejolak amarah.
 

Kamis, 04 Oktober 2012

Berpakaian Tapi Telanjang

Tren yang sedang mewabah ini adalah gambaran Rasulullah SAW kepada kaum wanita yang berbusana tapi masih memperlihatkan aurat. Misalnya, pakaian transpran dan tipis atau pakaian ketat yang memperlihatkan lekuk tubuhnya seperti di samping.

Abu Hurairah RA meriwayatkam sebuah hadis tentang para wanita tersebut:
"Wanita yang berpakaian tapi telanjang adalah wanita yang provokatif dan menyimpang. Ia takkan masuk surga." (HR Bukhari)
 
Maksud "provokatif" adalah mengajak wanita lain untuk mengikuti apa yang menjadi kebiasaannnya, sebagaimana ia juga mengajal para pria untuk berbuat maksiat.

Wanita yang berpakaian tapi telanjang tentunya menyimpang dari jalan yang benar. Ironisnya, banyak sekali wanita sejenis itu yang berjejalan di tengah-tengah masyarakat, tanpa kenal malu sama sekali. Ada yang memakai celana panjang ketat yang benar-benar memamerkan lekuk tubuh sehingga benar-benar menarik nafsu syahwat para pria.

Dalam kondisi demikian, pria mukmin yang tunduk kepada Allah SWT dan Hari Perhitungan hendaknya tak memerhatikan mereka jika secara kebetulan bertemu di jalan atau tempat tertentu. Gambaran wanita berpakaian tapi telanjang tersebut cocok jika disamakan dengan kaum wanita yang mengenakan busana mini. Kejahatan wanita yang tampil memakai swimming suit di kolam renang/pantai lebih hebat di sisi Allah SWT daripada wanita berpakaian tapi telanjang.

Dalam hal ini, kita harus menyadarkan para orangtua dan suami yang membiarkan anak dan istrinya mengenakan celana ketat atau berbusana mini. Merekalah yang harus bertanggung jawab untuk semua itu. Dalam Al Quran, Allah berfirman:
"Wahai orang-orang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya berupa manusia dan berbatuan. Di dalamnya terdapat malaikat kasar dan keras. Mereka tidak pernah melanggar perintah Allah dan semua yang disuruh olehNya." [QS 66:6]
 
Aisyah binti Abu Bakar Ash Shiddiq bercerita, "Suatu hari adiknya yang bernama Asma, datang kepadanya. Saat itu, Rasulullah SAW sedang berada di rumah. Asma datang dengan mengenakan pakaian transparan. Rasulullah SAW pun berpaling enggan melihatnya. Lalu dengan tegas, beliau berkata, 'Apabila wanita pernah mengalami balig (haid), seluruh tubuhnya tak boleh terlihat kecuali ini (beliau menunjuk ke wajah dan telapak tangannya).'"

Setelah wanita itu balig, tanda-tanda kegadisannya pun mulai tampak di sekujur tubuhnya, sehingga pandangan pria terhadapnya akan berbeda. Jika mengenakan pakaian transparan yang menampakkan aurat tubuhnya, maka ia telah berdosa besar.


Rabu, 03 Oktober 2012

Nasihat Akhir Zaman (Oleh Uztad Dadang Khaerudin)

Siapa tidak miris jika melihat potret buram kehidupan manusia di akhir jaman sekarang ini. Gaya hidup "hayawaniyyah" yang kian merajarela ditandai dengan tidak terbendungnya perilaku kriminalitas dan pergaulan bebas tidak hanya pada kalangan dewasa namun juga sudah merambah pada kalangan anak-anak dan remaja. Tidak dipungkiri kalau kehadiran teknologi informasi yang semakin maju namun disalahgunakan telah ikut menyumbang bejatnya moral di tengah-tengah kehidupan manusia saat ini.

Pertanyaan yang seringkali muncul mengiringi kenyataan seperti di atas adalah apa solusi yang tepat agar kita bisa menbentengi diri sehingga tidak terbawa arus derasnya kehidupan jaman yang semakin hari semakin menyesakkan?

Para ahli berusaha keras mencari solusi tersebut. Berbagai pendekatan dan sudut pandang terus digali agar bisa keluar dari kenyataan yang memilukan ini. Tapi sebagai ummat Islam, kehidupan akhir jaman seperti ini sudah sejak jauh-jauh hari diramalkan Rasulullah. namun beliau telah menyediakan solusi jitu agar setiap ummat Islam tidak tenggelam didalamnya. Kata kunci dari salah satu dari solusi yang ditawarkan Rasulullah diungkap dalam hadits berikut ini:
Dari Tamim ad-Dari bahwa nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Agama itu adalah nasihat." Kami bertanya, "Nasihat untuk siapa?" Beliau menjawab, "Untuk Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, dan para pemimpin kaum muslimin, serta kaum awam mereka." ( HR Muslim ).
 
Terdapat dua kata dalam hadits di atas yang menjadi kata kunci yang saya maksud, yaitu : Agama dan Nasihat. Kata pertama menjadi jawaban dari solusi, dan kata kedua menjadi jawaban dari fungsi. Jelasnya, solusi keluar dari kondisi akhir jaman yang carut marut, agama jawabannya, karena agama mengandung unsure penting yang disebut nasehat. Semrawutnya akhir jaman tak bisa dilepaskan dari akibat pengisi akhir jaman tersebut yang "amburasut' ( kacau ), karenanya diperlukan kata-kata bermakna untuk meluruskan kesemrawutan tersebut, dialah yang disebut nasehat.

Lebih jauh mengenai maksud hadits di atas, redaksi "agama adalah nasehat" kurang lebih sama pengertiannya dengan redaksi dalam salah satu hadits Rasulullah yang berbunyi : "Haji adalah arafah". Meruju pada redaksi ini, wukuf di arafah dipandang seolah mewakili sepenuhnya dari manasik haji. Padahal manasik haji begitu banyak. Ini menunjukkan bahwa wukuf di Arafah merupakan tiang dan bagian terpenting dari haji. Demikian halnya dengan "agama adalah nasehat'. Nasehat merupakan tiang dan penopang agama. Dengan kata lain, agama ( Islam ) memiliki fungsi menasehati dan meluruskan segenap manusia agar tidak tersesat.

Secara kebahasaan, Kata an-nashihah tidak memiliki padanan kata, an-nashihah berasal dari kata an nush-hu yang menunjuk pada beberapa makna, seperti bersih, bebas dari para sekutu, rapat dan tidak berjauhan. Secara istilah, makna nasehat secara umum dimaknai sebagai pandangan yang diberikan dengan harapan datangnya kebaikan pada orang yang dinasihati.

Definisi di atas hanya berlaku pada sesama manusia. Dan menjadi berkembang ketika kata nasehat tersebut disandarkan pada Allah, kitab dan rasul-Nya sesuai yang tercantum dalam hadits di atas. Jika "nasihat" dalam hal ini merupakan kata kerja, maka kata tersebut memerlukan subjek dan objek. Jika nasehat disandarkan pada kaum muslimin, maka agama menjadi subjek dan kaum muslimin sebagai objek. Sementara kata "nasehat" yang disandarkan kepada Allah, kitab-Nya dan Rasul-Nya, maka Allah, kitab dan rasul-Nya merupakan subjek yang melahirkan dan menjaga otensitas dari agama itu sendiri. Agama sebagai media dan objeknya tetap segenap manusia. Sehingga sebagian pandangan mengatakan bahwa yang dimaksud nasehat yang disandarkan kepada ketiganya adalah merapatnya hubungan seorang hamba dengan ketiganya dan menunaikan hak-hak mereka dengan baik.

Ibnu Daqiqil 'Id memberi penjelasan hadits ini yang saya ringkas sebagai berikut :

1. Nasihat untuk Allah maksudnya hendaknya segenap manusia tetap beriman semata-mata kepadaNya, menjauhkan diri dari syirik dan sikap ingkar terhadap sifat-sifat-Nya, memberikan kepada Allah sifat-sifat sempurna dan segala keagungan, mensucikan-Nya dari segala sifat kekurangan, menaatiNya, menjauhkan diri dari perbuatan dosa, mencintai dan membenci sesuatu semata karenaNya.

2. Nasihat untuk kitab-Nya maksudnya beriman kepada firman-firman Allah dan diturunkan-Nya firman-firman itu kepada RasulNya, mengakui bahwa itu semua tidak sama dengan perkataan manusia dan tidak pula dapat dibandingkan dengan perkataan siapapun.

3. Nasihat untuk RasulNya maksudnya membenarkan ajaran-ajarannya, mengimani semua yang dibawanya, menaati perintah dan larangannya, membelanya semasa hidup maupun setelah wafat.

4. Nasihat untuk para pemimpin umat islam maksudnya menolong mereka dalam kebenaran, menaati perintah mereka dan memperingatkan kesalahan mereka dengan lemah lembut, memberitahu mereka jika mereka lupa, memberitahu mereka apa yang menjadi hak kaum muslim, tidak melawan mereka dengan senjata, mempersatukan hati umat untuk taat kepada mereka (tidak untuk maksiat kepada Allah dan Rasul-Nya), dan makmum shalat dibelakang mereka, berjihad bersama mereka dan mendo'akan mereka agar mereka mendapatkan kebaikan.

5. Nasihat untuk seluruh kaum muslim maksudnya memberikan bimbingan kepada mereka apa yang dapat memberikan kebaikan bagi mereka dalam urusan dunia dan akhirat.

Jika kelima komponen nasehat yang terlahir dari agama diatas merapat pada setiap insane saat ini, maka segala kebejatan yang kita saksikan di akhir jaman ini tidak dapat menggerus perjalanan hidup kita. Meski akhir jaman identik dengan segala keburukan, namun dengan nasehat, akhir jaman akan menjadi akhir yang indah.

Wallahu a'lam bish-shawab.




Sumber

 

Cinta dan Penghormatan Wanita dalam Islam


Ketika berbicara tentang cinta, maka yang dimaksud adalah cinta yang diterima masyarakat. Penerimaan masyarakat hanya mungkin terjadi jika hubungan percintaan tersebut mengarah kepada pernikahan. Dalam setiap masyarakat, pernikahan dianggap sebagai hubungan percintaan yang absah, diridhai Allah dan direstui banyak orang.
 
Dalam upaya memahami hakikat pernikahan, akan dihadapi sejumlah persoalan yang cukup pelik. Sebelum membahas semuanya, lebih dulu akan dibahas soal keharusan saling menghormati antara pria dan wanita. Karena cinta sejati yang seharusnya menjadi landasan pernikahan harus dibangun di atas pilar saling menghormai dan menghargai. Akan tetapi, kata penghormatan acap kali dipahami secara keliru oleh sebagian kalangan dan kaitannya dengan hubungan saling mencintai antara suami istri. Perlu dicatat bahwa masalah lamaran dan pertunangan erat kaitannya dengan persoalan yang disinggung dalam pembahasan ini.
 
Harus dicamkan bahwa pernghormatan suami terhadap istri sama sekali tak mengurangi kehormatan dan kewibawaannnya. Hal ini juga sama sekali tidak terkait seperti yang disinyalir Al Quran bahwa pria adalah iman wanita. Di sisi lain, hendaknya seorang istri bekerja secara teratur dan terarah demi mewujudkan kebahagiaan bagi semua. Inilah realitas kehidupan yang harus diarungi. Ibarat tubuh, manusia memiliki 2 lengan. Lengan yang kanan biasanya lebih kuat daripada yang kiri (atau sebaliknya). Perbedaan seperti ini tak membahayakan tubuh manusia dan tak menghalangi kedua lengan untuk saling bekerjasama.
 
Dalam kehidupan keluarga, tiada pemimpin mutlak. Ketika suami bekerja mencari nafkah untuk memenuhi kehidupan keluarga, maka seorang istri bertindak sebagai pelaksana dalam istana rumah tangga, seperti mengatur rumah dan menghidangkan makanan,
 
Seorang istri juga memiliki tugas suci yang dapat mengangkat harkatnya, yang tak dimiliki lelaki, yakni sebagai ibu. Suami wajib menghormati dan memperlakukan istrinya dengan baik. Karena, menghormati istri berarti pula menghormati diri sendiri. Setiap istri memiliki nama baik suaminya. Oleh karena itu, ia harus memelihara kehormatan dan martabat seorang suami. Ia juga harus mengatur distribusi belanja yang lazim dipenuhi suami. Istri yang merasa mendapat penghormatan suaminya akan semakin mencintai dan mengangkat citranya di depan khalayak. Ia juga berusaha untuk menghindari sikap boros yang tak disukai suaminya. Dengan demikian, beragam masalah yang sering mengakibatkan runtuhnya sendi-sendi keutuhan rumah tangga dapat dihindari. Hukum  Islam mengangkat citra dan kedudukan wanita dalam masyarakat ke tingkat yang menjadikannya dihormati dan disegani lelaki muslim yang mengenal hakikat dan esensi Islam.