Sepertinya kisah ini tak masuk akal/fiktif, namun anehnya kisah ini diriwayatkan para perawi hadis terpecaya. Kisah ini juga diriwayatkan Ashbahani dan Abu Al Abbas Asham.
Karena keunikannya kisah ini perlu disampaikan, di samping karena pesannya menyentuh jiwa. Awam bin Hausyab RA, seorang sahabat, bercerita:
Memang, kisah ini terlalu berbau fiktif, namun, di dalamnya banyak terkandung segudang pesan berharga yang harus kita perbuat di zaman globalisasi ini.
Wallahu alam bish-shawab
Karena keunikannya kisah ini perlu disampaikan, di samping karena pesannya menyentuh jiwa. Awam bin Hausyab RA, seorang sahabat, bercerita:
"Suatu ketika, aku singgah di sebuah pemukiman. Tak jauh dari pemukiman itu, terdapat kuburan. Setiap habis waktu 'Ashar, kuburan itu terbelah dan dari dalamnya keluar seorang lelaku berkepala keledai. Ia berteriak nyaring 3 kali, lalu ia kembali ke dalam liang lahat seperti sediakala. Sambil terheran-heran, aku melihatnya dengan mata kepalaku dan mendengarnya teriakannya dengan telingaku. Aku sedang tak berkhayal dan bermimpi. Aku juga tak akrab dengan khamar. Lagipula, aku tak dalam keadaan mabuk sehingga dapat mengatakan setan araklah yang membayang-bayangiku.
Saat berdiri terpaku layaknya orang kebingungan, aku melihat seorang wanita tak jauh dariku. Kedua matanya terpaut pada kubur itu. Wanita itu menatap dan mendekatiku. 'Kasihan! seandainya mengetahui akibatnya seperti ini, tentu ia takkan melakukan apa yang telah ia perbuat.'
'Siapa yang kau maksud?' tanyaku. 'Tidakkah engkau melihat saat ia keluar dari kuburnya kemudian berteriak sebanyak 3 kali, lalu masuk kembali dalam kuburnya?' tanya si wanita. Setelah mendengar itu, aku yakin bahwa aku tak sedang mengkhayal. Lalu aku bertanya kepadanya, 'Bagaimana kisah makhluk aneh ini?' 'Apakah engkau melihat wanita tua tanpa busana yang sedang duduk di tangga pintu?' tanya wanita itu sambil menunjuk ke arah rumah yang tak jauh dari kami. Aku menoleh ke tempat yang ia tunjuk. Benar, aku melihat seorang wanita tua renta beruban. Ia mengamati sekitarnya dengan mata menerawang, sementara jemari kedua tangannya gemetar. Ia memang tak berbusana. 'Wanita renta ini sepertinya hilang ingatan,' kataku padanya. 'Benar. Ia gila setelah kematian lelaki itu. Setiap waktu 'Ashar, ia duduk di atas tangga pintu untuk mendengar suara teriakan,' jelas wanita itu. 'Memang siapa yang meninggal dunia?' tanyaku keheranan. 'Putranya, putra satu-satunya. Ia perjaka, Yang terbelah itulah kuburannya. Ia berteriak 3 kali setelah itu kembali ke kuburnya seperti semula,' jawabnya.
Ia melanjutkan ceritanya, 'Ia putra satu-satunya dan ayahnya telah meninggal dunia. Ayahnya meninggalkan sejumlah harta untuk dirinya dan ibunya. Mula-mula, sang ibu salah mendidik putranya, apalagi teman-teman sepergaulannya berperilaku sangat buruk. Mereka mengajarkan meminum minuman keras sehingga ia menjadi pemabuk berat. Sang ibu selalu menasehatinya, 'Wahai anakku, takutlah kepada Allah SWT dan tinggalkan minuman keras itu. Minuman keras dapat merusak kesehatanmu, juga kedudukanmu di antara manusia, sebagaimana pada hari Kiamat nanti kamu akan menjadi penghuni neraka.' Anak itu malah menetarwakan nasehat ibunya dan menentangnya. Menjelang kematiannya, ia meneguk minuman begitu banyak dan pulang ke rumah dalam keadaan mabuk, sementara di belakangnya anak-anak kecil menyorakinya. Ia menoleh ke arah anak-anak dan bermaksud mengusirnya, tapi malah jatuh tersungkur dan tak dapat bangun kembali. Mengetahui hal itu, ibunya segera menyiramkan air dingin ke kepalanya hingga siuman dan dapat bangun kembali. Ibunya kembali menasehatinya agar tak lagi meminum minuman keras. Bukannya mendengar nasehat ibunya, ia malah berkata, 'Omonganmu tak ubahnya suara keledai.' Sang anak pun menghembuskan nafas terakhirnya hari itu, sementara ibunya menjadi gila karena kematiannya. Maka, jadilah ia keluar dari kuburnya setelah Ashar dan berteriak seperti keledai 3 kali, kemudian kembali masuk ke dalamnya. Demikianlah kisahnya."
Memang, kisah ini terlalu berbau fiktif, namun, di dalamnya banyak terkandung segudang pesan berharga yang harus kita perbuat di zaman globalisasi ini.
Wallahu alam bish-shawab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Gunakanlah Bahasa yang Santun