.

Abu Dzar Al Ghifari berasal dari suku yang suka menyamun dan membunuh orang yang tersesat ke wilayah mereka. Namun hal itu tak menghalangi Abu Dzar untuk bertemu kebenaran. Rasulullah SAW tersenyum kagum begitu mengetahui Abu Dzar yang berasal dari suku yang terkenal ganas di padang pasir. Abu Dzar langsung merasakan manisnya iman begitu ia memeluk Islam. Ia dipukuli sampai hampir mati karena meneriakan kalimat Syahadatain di depan orang-orang kafir.
Tokoh Bani Ghifar
Bani Ghifar adalah suku pedalaman padang pasir. Mereka ditakuti karena sering merampok barang orang yang berada di wilayah mereka. Namun, orang juga menyanjung kebolehan kaum Ghifar yang sanggup melakukan perjalanan jauh dan sulit. Abu Dzar adalah salah satu tokoh Banu Ghifar. Ia menempuh jarak jauh dari pedalaman menuju Mekkah karena tertarik akan desas-desus tentang orang yang mengaku Rasul (Muhammad SAW).
Memeluk Islam
Abu Dzar menemui Rasulullah SAW dan berkata, "Bacakanlah kepadaku hasil gubahan anda." Rasulullah menjawab, "Ini bukan syair hingga dapat digubah. Ini adalah Al Quran yang mulia." "Bacakanlah kalau begitu", pinta Abu Dzar. Maka Rasulullah pun membacakan Al Quran. Terketuklah hati Abu Dzar Al Ghifari untuk memeluk Islam tanpa ragu lagi.
Berdakwah Terang-Terangan
Baru saja ia memeluk Islam, semangat Abu Dzar langsung menjulang tinggi. Tanpa menunda lagi ia pergi ke Masjidil Haram dan berteriak, "Asyhadu alla ilaha 'ilallah, wa asyhadu anna Muhammadar rasulullah." Suara itu menggelegar di tengah-tengah pembesar Quraisy yang tengah menyembah berhala. Sontak hal ini membuat hati mereka gelisah dan akhirnya mereka menghajar Abu Dzar Al Ghifari.
Mungkin saja pada saat itu Abu Dzar akan bertemu ajalnya, namun datanglah Abbas bin Abdul Muthalib yang mengingatkan, "Wahai orang Quraisy! Anda semua adalah bangsa pedagang yang mau tak mau akan melewati perkampungan Bani Ghifar. Orang ini adalah salah satu warganya. Ia bisa saja menghasut kaumnya untuk merampok kafilah kalian nanti."
Maka orang-orang Quraisy pun membebaskan Abu Dzar yang tubuh dan wajahnya membengkak. Tapi Abu Dzar tak berhenti sampai di situ. Ia terus mengejek berhala secara terang-terangan.
Membawa Rombongan Besar
Suatu hari penduduk Madinah dikejutkan dengan kedatangan rombongan besar orang. Bila saja mereka tak bertakbir, penduduk Madinah akan mengira mereka sebagai musuh. Ternyata mereka adalah orang-orang dari Banu Ghifar dan Banu Aslam yang telah diislamkan oleh Abu Dzar Al Ghifari. Semuanya tak ketinggalan: wanita, anak-anak, remaja, tua dan muda, ada dalam rombongan.
Pemberi Peringatan akan Kemewahan Dunia
Abu Dzar hidup tenang di masa Khalifah Abu Bakar dan Umar bin Khattab. Ia menilai kedua khalifah itu benar-benar melaksanakan perihidup Rasulullah SAW yang sederhana dan jauh dari kehidupan bermewah-mewah. Namun di masa kekhalifahaan Usman bin Affan, ia mulai gelisah karena mulai banyak pejabat yang tertarik kemewahan dunia.
Sebenarnya ia ingin langsung menghantam orang yang hidup bermewah-mewah tersebut. Namun ia teringat sabda khusus dari Rasulullah yang dialamatkan kepadanya, "Bersabarlah wahai Abu Dzar, sampai engkau menemuiku." Maka Abu Dzar pun menyimpan pedangnya dan mengangkat lidah. Ia berseru, "Beritakanlah kepada para penumpuk harta, yang menumpuk emas dan perak. Mereka akan disetrika api neraka, menyetrika kening dan pinggang mereka di Hari Kiamat.
Pulang ke dalam Kasih Sayang Allah SWT
Karena merasa nasihatnya tak diterima, Abu Dzar beserta istrinya mengasingkan diri di Rabadzah. Di tempat itulah ia wafat. Jenazahnya dishalatkan serombongan kaum muslimin yang lewat. Benarlah ucapan Rasulullah SAW kepada Abu Dzar, "Anda berjalan seorang diri, mati seorang diri, dan dibangkitkan nanti seorang diri pula (karena keistimewaannya)."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Gunakanlah Bahasa yang Santun