Istilah revolusi digunakan untuk menyebut segala perubahan mendasar yang terjadi pada suatu masyarakat/bangsa. Revolusi mengubah seluruh sistem atau sendri yang melandasi perjalanan suatu bangsa/masyarakat secara drastis.
Pada dasarnya, watak manusia cenderung pada sistem/tradisi yang menjadi kebiasaan. Meskipun tak dapat dipungkiri bahwa masing-masing bangsa berbeda sikap dalam setiap perubahan.
Umumnya, revolusi bertujuan untuk mewujudkan ambisi dan cita-cita penggagasnya, yang berujung pada pengambilalihan kekuasaan. Guna menggapai cita-citanya, penggagas revolusi berupaya membungkus gerakannya dengan berbagai slogan agar masyarakat yakin bahwa apa yang dilakukannya ini demi mewujudkan kebebasan, kemakmuran, keadilan, persamaan hak, dan berbagai janji manis lainnya.
Revolusi Perancis misalnya, yang dianggap sebagai revolusi utama demi menuntut hak-hak kaum yang tertindas, berubah menjadi pertempuran berdarah yang merenggut banyak nyawa yang dianggap pahlawan. Dan orang-orang yang dulunya mendengungkan kebebasan, persaudaraan, dan persamaan, malah memerintah secara tangan besi. Selain itu, diberlakukan pula aturan yang berisi perintah untuk melenyapkan mereka, karena dianggap sebagai musuh bangsa. Bahkan, dianggap sebagai musuh kebebasan yang dulu mereka gemborkan. Karena itu, para pemikir Perancis banyak meneriakkan yel-yel yang terus berdengung hingga masa-masa berikutnya, "Wahai kebebasan yang malang, sungguh banyak darah mengalir karena namamu."
Napoleon Bonaparte yang selalu memuji-muji prinsip Revolusi Perancis, berubah menjadi seorang diktator. Ia bahkan berambisi menghancurkan kebebasan bangsa Eropa hanya karena ingin menundukkannya dalam pangkuan imperium Perancis.
Revolusi Perancis dianggap sebagai revolusi terpentung di abad modern. Setelah terjadi di Perancis, di belahan dunia lain pun bergejolak revolusi yang mengatasnamakan slogan-slogan karangan mereka. Slogan-slogan atau lebih tepatnya ideologi yang diusung itu memiliki perbedaan. Namun kerap digunakan dalam tujuan yang sama, yakni untuk mengambil hati dan menjanjikan harapan-harapan masyarakat. Betapapun revolusi itu berhasil, namun cakupan keberhasilannya hanya bersifat lokal. Artinya, revolusi tak melampaui batas-batas umat atau negara di tempat revolusi itu berkobar.
Ironisnya, semua revolusi tersebut cenderung mengabaikan persoalan penting yang mesti dipenuhi demi kebangkitan masyarakat atau bangsa. Persoalan penting tersebut ialah
akhlak. Akhlak yang dimaksud adalah akhlak individu. Karena, masyarakat atau bangsa terbentuk dari kumpulan individu. Kata akhlak memiliki cakupan yang meluas dan mendalam. Para filsuf menggunakan istilah etika sebagai terjemahan dari penyebutan ilmu akhlak.
Para filsuf Yunani Kuno berambisi mendedah masalah akhlak, sejak Socrates - Aristoteles. Bahkan Plato banyak menekuni bidang ini dan menghasilkan karya khususnya yang terkenal seputar masalah etika yang berjudul
Republika. Hanya saja, pengaruh filsafat terhadap masyarakat barat sangat terbatas dan bersifat sesaat. Demikian pula terhadap generasi-generasi berikutnya. Seandainya tak disebutkan dalam buku pelajaraan, Niscaya filsafat tak lama lagi akan menjadi tumpukan sejarah belaka dan dilupakan bangsa.
Allah SWT memilih Nabi Muhammad SAW untuk mengemban risalah Islam. Dia Yang Mahabijak dan Mahatahu memelihara Rasulullah SAW yang yatim piatu sejak umur 6 tahun dan memercayakannya untuk mengemban risalah Islam. Akhlak dan watak Nabi Muhammad SAW yang mulia serta kemanusiannya yang luhur sangat berpengaruh dalam mengobarkan revolusi terbesar dan termulia yang pernah dikenal manusia sejak Allah SWT memerintahkan Adam dan Hawa turun dari surga hingga detik ini. Dakwah Islam yang diusung Nabi Muhammad SAW adalah revolusi moral.
Nabi Muhammad SAW diutus pada masyarakat pagan (penyembah berhala) Arab yang sarat dengan cacat dan kekurangan yang sewaktu-waktu dapat menggiring manusia ke jurang kehinaan abadi. Mereka yang kaya tidak menghargai yang miskin, mereka malah mencibirnya. Ini selaras dalam pepatah yang mengatakan, "Laparkanlah anjingmu, pasti ia akan mengikutimu." Mereka yang kuat memperlakukan yang lemah layaknya keledai miliknya. Bahkan, keledai mungkin lebih berharga daripada kaum pagan di muka bumi ini.
Raibnya keimanan dalam hati kaum musyrik dan kafir kepada keesaan Allah SWT dan kemahakuasaanNya mendorong mereka terus menerus berbuat maksiat. Mereka tak percaya kepada hati kebangkitan dan perhitungan amal manusia.
Prinsip-prinsip Islam yang angung dan hukum-hukumnya yang adil mustahil diyakini suatu umat selama individu-individu di dalamnya belum menggapi puncak moralitas kemanusiaan tertinggi. Mereka tak mungkin rela mengorbankan nyawanya demi membela dan menyebarkan Islam kepada umat lainnya sebagai rahmat bagi semesta alam.
Moralitas kemanusiaan tertinggi itu berwujud nilai-nilai moral yang hanya bisa diketahui dan dipahami seseorang melalui membaca Al Quran atau memerhatikan hadis-hadis shahih Nabi SAW. Karena itu tujuan utama diutusnya Muhammad SAW adalah revolusi moral. Tujuan agung dan gamblang ini dapat disimak dalam hadis shahih berikut:
"Aku diutus hanya untuk menyempurnakan akhlak yang luhur." (HR Bukhari Muslim)
Artinya, Rasulullah SAW menganggap akhlak yang luhur sebagai faktor utama diangkatnya beliau sebagai nabi dan rasul.
Wallahu 'a'lam bish-shawab.