
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan RasulNya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar." [QS 49:15]Ayat ini menggambarkan bahwa orang-orang beriman adalah "orang-orang yang benar" (shadiqun). Ash Shiddiq adalah ucapan lisan selaras dengan yang dirasakan hati dan dapat diterima akal sehat. Orang-orang yang memiliki keimanan kokoh takkan meragukan agamanya. Jadi, yang terpenting dalam keimanan adalah hati dan akal. Hati adalah rahasia-rahasia tertutupi yang pada hakikatnya hanya diketahui Allah SWT.
Ketika kedua ayat tersebut diturunkan, sebagian kalangan yang mengumumkan keislamannya segera menemui Rasulullah SAW. Mereka bersumpah bahwa mereka benar-benar beriman. Saat itulah Jibril AS turun membawa seluruh ayat yang berisi perintah Allah SWT kepada RasulNya yang mulia:
"Katakanlah (kepada mereka), Apakah kamu akan memberitahukan kepada Allah tentang agamamu (keyakinanmu), padahal Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi dan Allah mengetahui segala sesuatu." [QS 49:16]Ungkapan "Apakah kamu akan memberitahukan kepada Allah tentang agamu (keyakinanmu)," berarti bahwa Allah SWT dengan keagungan dan kekuasaanNya, mengetahui hakikat agama/keyakinan mereka serta mengetahui sejauh mana kejujuran dan kedustaan pengakuan iman mereka. Dia mengetahui segala yang ada di langit dan bumi. Karena itu, tiada keharusan untuk bersumpah kepada Rasulullah SAW bahwa mereka benar-benar beriman.
Salah satu ajaran pokok Islam adalah bahwa hubungan antara hamba dan TuhanNya terjadi secara langsung dan tak memerlukan perantara, apapun kedudukan orang yang mendakwahkan dirinya sebagai perantara tersebut. Islam tak mengakui yang disebut sebagai "pengakuan dosa" sebagaimana berlaku dalam ajaran Kristen, Dalam Kristen, pemeluknya membawa dosa-dosa mereka kepada seorang pendeta, agar pendeta tersebut -yang berfungsi sebagai perantara hamba dan Tuhan- mengampuni dosa mereka.
Sistem pengakuan dosa ini, serta perkara-perkara lainnya, hanyalah perbuatan yang dilakukan para pendeta untuk memperkaya diri sendiri dan mengokohkan kedudukan mereka di tengah masyarakat pemeluk Kristen.